UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-Bunkyo Gakuin University Jepang Jalin Kemitraan Strategis untuk Perkuat Kolaborasi Riset dan Budaya
Ciputat, BERITA FITK Online – Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Bunkyo Gakuin University Jepang sebagai bagian dari inisiatif penguatan kerja sama internasional di bidang pendidikan, penelitian, dan pertukaran budaya. Penandatanganan ini diselenggarakan di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan.
Penandatanganan tersebut menjadi bagian dari fasilitasi kerja sama yang digagas oleh Yayasan Sakuranesia Society dan Director/Co-Founder Artificial Intelligence Centre Indonesia (AiCI), Baiq Hana Susanti, yang juga merupakan dosen UIN Syarif Hidayatullah.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Kelembagaan, Dr. Din Wahid, menyambut baik kolaborasi ini dan menekankan nilai strategis kemitraan dengan Bunkyo Gakuin University. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan:
“Kami berharap kerja sama ini membuka peluang luas bagi pengembangan program pertukaran mahasiswa dan dosen, serta kegiatan penelitian bersama yang bernilai global dan memperkuat semangat saling memahami antarbangsa.”
Ia juga menyoroti posisi UIN sebagai Universitas Islam Negeri pertama di Indonesia dan salah satu institusi pendidikan Islam terbesar di dunia, yang berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam lanskap pendidikan internasional.
Delegasi UIN yang hadir dalam seremoni penandatanganan mencakup perwakilan dari berbagai fakultas, seperti Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Dr. Husni Teja Sukmana, dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Salamah Agung, beserta sejumlah pejabat lainnya.
Chairman Bunkyo Gakuin University, Masakazu Shimada, menyampaikan optimisme terhadap kolaborasi ini, terutama dalam rencana proyek riset bersama di bidang pengaruh cuaca terhadap kesehatan masyarakat yang memerlukan pendekatan berbasis data digital.
“Saya yakin kerja sama ini akan memberi kontribusi besar dalam pengembangan sumber daya manusia yang siap bersaing di tingkat global,” ujar Shimada.
Nota kesepahaman ini mencakup berbagai inisiatif, mulai dari program pertukaran pelajar dan staf, lokakarya pemahaman lintas budaya, hingga proyek penelitian bersama dalam isu-isu multikultural dan sosial. Melalui kemitraan ini, kedua institusi berharap dapat mempererat hubungan antarbangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya bersama dan saling menghormati.
Pendiri Yayasan Sakuranesia Society, Sakura Ijuin dan Tovic Rustam, menyatakan komitmennya untuk terus menjadi jembatan antara Jepang dan Indonesia, guna meneruskan warisan pendidikan yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya.
“Kami ingin meneruskan pendidikan luar biasa yang telah dibangun para pendahulu kami kepada generasi berikutnya dengan menjadi jembatan antara kedua negara,” ujar Ijuin. (MusAm)